3 Film Korea dengan Tema yang Tabu di Negaranya tetapi Sukses Besar


Korea Selatan juga negara yang ketat didalam melaksanakan penyensoran, bahkan sejak zaman invasi Jepang di slot kamboja negara itu. Pada era invasi Jepang, mengutip Korea Herald, seluruh karya berkenaan opini pada pemerintahan Jepang banyak diawasi dan disensor. Hal ini terus berlanjut setelah Korea Selatan merdeka dan pemerintahan jatuh ke tangan rezim militer pimpinan Park Chung-hee dan Chun Doo-hwan (1973 – 1992). Pada era modern, sensor pun tak semuanya hilang. Dengan penduduk yang konservatif, hal-hal tabu berasal dari merasa histori Korea berkenaan dengan Jepang dan Korea Utara, hal berkenaan seksualitas, hingga persoalan tragedi masih ‘menakutkan’ bagi sineas Korea Selatan untuk diceritakan sebab mampu saja karyanya disensor secara berlebihan. Nah, selanjutnya ini lima film Korea yang mengangkat topik yang dianggap tabu di negaranya, tetapi ternyata mampu selalu sukses besar.

1. The Handmaiden (2016)

The Handmaiden banyak dibicarakan di Korea Selatan sebab menghimpun dua tema Sbobet yang tabu. Pertama adalah perihal era pendudukan Jepang di Korea. Kedua adalah perihal penggambaran seksualitas yang cukup ekstrem, juga di antaranya perihal pertalian sesama jenis. The Handmaiden yang digarap sutradara Park Chan-wook ini terinspirasi berasal dari novel Fingersmith karya Sarah Waters. Bergenre psikologi thriller dan erotis, ceritanya perihal penipu ulung Fujiwara (Ha Jung-woo) yang mempekerjakan pencuri bernama Sook-hee (Kim Tae-ri) di tempat tinggal Hideko (Kim Min-hee). Hideko adalah perempuan kaya raya yang juga seorang pakar waris. Misi Fijiwara adalah manfaatkan Sook-hee sehingga dirinya mampu menikahi Hideko lantas memasukkan perempuan Jepang itu ke tempat tinggal sakit jiwa. Namun ternyata banyak peristiwa tak terduga yang lantas terjadi. The Handmaiden menjadi keliru satu film klasik Korea yang amat populer, menghasilkan penghasilan hampir USD38 juta (Rp567 miliar) di seluruh dunia. Filmnya juga bersaing di Cannes Film Festival dan memenangkan film paling baik berbahasa non-Inggris berasal dari British Academy Film Awards (BAFTA).

2. Joint Security Area (2000)

Masih berasal dari sutradara Park Chan-wook, Joint Security Area membahas hal tabu seputar pertalian Korea Selatan dan Korea Utara. Latarnya adalah di Zona Demiliterasi Korea (DMZ) yang memisahkan kedua negara. Joint Security Area mengisahkan perihal Lee Soo-hyuk (Lee Byung-hun), tentara Korea Selatan yang dituduh membunuh dua tentara Korea Utara di DMZ. Kondisi ini pasti sebabkan pertalian kedua negara menjadi panas. Seorang penyelidik asing dan mandiri berasal dari militer lantas ditugaskan untuk mengungkap persoalan ini. Situasi menjadi menarik selagi Soo-hyuk dan para saksi berasal dari Korea Utara beri tambahan info yang bertolak belakang. Joint Security Area sempat menjadi film dengan penghasilan tertinggi pada masanya, menghasilkan Rp1,8 miliar berasal dari seluruh dunia. Filmnya juga memenangkan gelar film paling baik berasal dari Blue Dragon Film Awards dan Grand Bell Awards slot gacor hari ini.

3. A Taxi Driver (2017)

Yang satu ini menjadi tabu sebab mengungkit aksi demonstrasi besar-besaran di Provinsi Gwangju selagi era pemerintahan rezim militer Presiden Chun Doo-hwan pada th. 1980. Aksi demonstrasi ini dikenal dengan istilah Gwangju Uprising, dan menjadi keliru satu histori kelam Korea Selatan sebab menewaskan ratusan orang. A Taxi Driver mengisahkan perihal Kim Man-seob (Song Kang-oh), seorang sopir taksi yang diminta penumpangnya untuk mengantarkan ke Gwangju. Ia tidak memahami bahwa sang penumpang adalah wartawan berasal dari Jerman yang dambakan meliput demonstrasi.

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *